Minggu, 19 September 2010

Wayang

Wayang
Olih I Nengah Konten



Wayang wantah sinalih tunggil budaya sané kadruénang olih krama Baliné, wayang madué taler pah-pahannyané minakadi wayang kulit lan wayang wong. Sané pacang baosang mangkin wantah ngeninin indik wayang kulit. Sang sané sampun pawikan ring parindikan wayang maosang, wayang makéh madué nilai upaminne, nilai seni, nilai pendidikan, nilai sastra, lan nilai pangeweruh sane luhur.

UNTUK MEREKA YANG KU PANGGIL KAKAK, SAUDARA, DAN TEMAN



Thank you for calling me “Sister!”,
Thank you for calling me “Friend!”,
Thank you for everything………..
Thank you for making me laughs,
Thank you for making me cries,
Thank for all the joy we had together,

TRESNE GUYU-GUYU



TATKALE WENGI PUNIKE
BELI SARENG ADI NEGAK MEDAMPINGAN
MANIS KENYEM ADINE
NGANYUDANG KENEH BELINE

          TANPE KERASA SAMPUN KALIWAT WENGI
          IRAGE SALING MEMADU TRESNE
          TATKALE PUNIKE BELI NGUCAPANG TRESNE KAPINING ADI
          NANGING ADI NENTEN NGEWALES RAOS BELINE PUNIKE

BELI NYANTOS RAOE TRESNE SAKING BIBIH ADINE
NANGING NENTEN WENTEN WALESAN SAKING ADI
TATKALE TIANG MATAKEN
NAPI MAWINAN ADI NAMPEK SARENG PADEWEKAN BELI ?
         
          ADI MEBAWOS SALING SAYANG
          IRAGE AJAK DADUE WALUYE BUNGE LAN KUMBANG
NANGING ADI NGUCAPANG .................
TRESNAN TIANGE KAPINING BELI WANTAH TRESNA GUYU-GUYU
 by : darma putra/20 peb/2009/malam hari/kos

INGUH



RITATKALA SANG SURYA SAMPUN PADEM SUNARNYANE
IRIKE TING MEMARGI RING PASISI
TANPE TUJON SANE PATUT
RING PASISI TIANG BINGUNG

PENANTIAN DALAM TANYA




AKU TERMENUNG DAN BINGUNG
PERASAAN KU DAH AKU SAMPAIKAN KEPADA NYA
KAU ADALAH ORANG YANG  BEGITU SABAR SABAR (KATA TEMANKU )
AKU TIDAK BISA MEMAKSAKAN KEHENDAK NYA

Sabtu, 18 September 2010

DERITA

DERITA

Betapa sedihnya hatiku ini tatkala orang yang kusayang meninggalkanku
Aku termenung di celah kegelapan
Pohon,rumput menjadi saksi bisuku
Tetesan airmata yang tak sanggup ku hentikan
          Rasaa sakit yang mendalam datang tiba- tiba
          Aku tak sanggup menahan derita ini
          Derita yang kurasa sangatlah berat
          Orang yang ku sayang meninggalkanku

CINTA TAK HARUS MEMILIKI SEUTUHNYA


CINTA TAK HARUS MEMILIKI SEUTUHNYA

Banyak orang salah mengartikan mengenai makna sebuah cinta
Aku juga belum paham betul mengenai makna sebuah cinta
Kadang kita mencintai seseorang dan menaksir seseorang
Tatkala itu kita berfikir kita harus mampu untuk meraihnya

Isi Singkat Babad Pasek

 
Mulai dari jaman Bahari di mana di Bali masih keadaan guncang maka Bhatara Pasupati memerintahkan putranya 3 orang untuk mengukuhkan Bali. Ketiga putra ini yang nantinya menurunkan para Brahmana dan para Mpu di Jawa dan Bali.
Diceriterakan di Majapahit diperintah oleh Sri Aji Majalangu dengan Maha patih Yang terkenal Kryan Gajah Mada. Pada suatu ketika Sang Prabu Majapahit didatangi oleh para Mpu untuk memohon Raja di Bali. Hal ini diterima dan dipikirkan agar kelak Bali menjadi kerajaan yang kuat dan berwibawa. Setelah itu Kryan Gajah Mada mengusulkan kepada Sri Aji Majalangu untuk diangkatnya putra-putra dari Mpu Kepakisan karena dipandang cocok dan penuh bijaksana. Hal ini diterima, lalu diangkatnya yang tertua di Blangbangan, yang kedua di Pasuruhan dan yang wanita di Sumbawa serta yang bungsu di Gelgel. Putra yang bungsu bernama Sri Aji Kresna Kepakisan pergi ke Gelgel/ Samprangan dengan diiringkan oleh para Arya seperti Arya Kanuruhan, Arya Wang Bang, Arya Kenceng, Arya Dalancang, Arya Tan Wikan, Arya Kuta Waringin yang nantinya menurunkan para Ksatria di Bali. Dan juga tidak ketinggalan para Wesya seperti Tan Kawur, Tan Kober, Tan Mundur yang selalu setia kepada Dalem Gelgel sehingga mendapat kepercayaan. Setelah beberapa hari kemudian datang juga Arya Gajah Para dan bertempat di Tianyar. Memang sebelumnya di Bali telah dihuni oleh para Brahmana dan keturunan Ksatria dari Jawa. Sri Aji Kresna Kepakisan sangat bijaksana, semua para ksatria diberikan sawah dan wilayah serta dituntut untuk tetap bakti kepada Dalem. Lambat-laun Kiyai Pasek Agung Gelgel mengembang banyak yang mana telah berjanji/ bersumpah mengabdikan dirinya serta menjadi kaki tangan Dalem, maka diberikan tugas mengatur Bale Agung di pelosok desa di Bali.

Feodalisme

Om Swastyastu,

Ketika komputer saya "masuk bengkel" kena virus, rupanya ada topik hangat di HD-NET tentang Feodalisme, yang berawal dari topik "Kehidupan di Griya" Maka dengan maksud membuat pembicaraan kita berbobot, berikut ini akan saya kutipkan tulisan seorang Guru Besar di University of Connecticut : Fred A. Cazel, Jr. tentang Feudalism. Daftar Pustaka yang digunakan adalah : 1) Bloch, Marc, Feudal Society, tr.by L.A.Manyon (Chicago, 1961). 2) Ganshof, Francois L., tr. by Philip Grierson (London 1952). 3) Painter, Sidney, French Chivalry (Baltimore 1940), 4) Petit-Dutaillis, Charles, The Feudal Monarchi in France and England from the 10th to the 13th Century, tr. by E.D.Hurst (London 1936). 5) Stephenson, Carl, Mediaeval Feudalism (Ithaca, N.Y., 1942. 5) Strayer, Joseph R., Feudalism (Princeton 1965).

Maksud tulisan ini adalah untuk menyatukan persepsi kita terlebih dahulu tentang Feudalism sebelum kita membahas corak kehidupan, adat dan tradisi beragama Hindu di Bali yang beraroma feodalisme sangat tinggi. Ada rekan yang mengerti bahwa saya tidak menyukai feodalisme, tetapi meragukan apakah prinsip itu akan dapat dipertahankan ke anak-cucu-cicit dikemudian hari. Saya menjamin itu, tidak perlu dikhawatirkan, karena prinsip-prinsip pola pikir dan kehidupan sehari-hari diarahkan sesuai dengan inti ajaran Agama Hindu : TATTVAMASI. Disamping itu kepada keluarga sudah saya nasihatkan berkali-kali agar tidak membiarkan dirinya dilayani atau diperlakukan orang lain secara feodal.

FEUDALISM.

Feudalism was a system of contractual relationships among the members of the upper class in medieval Europe, in which Lords made grants of fiefs to vassals in return for pledges of military and political service. It must be sharply distinguished from seignorialism or manorialism, as it is called in Britain, which was the system of relationships between lords and their subjects, chiefly peasants, who were socially as well as politically their inferiors. Feudal relationships were typically free and contractual among members of the same class.

Feudalism came to afect the basis of political organization in most of medieval Europe. Originating in the early 8th century, it reached its fullest development and widest extent between the middle of the 11th and the middle of the 13th century, Its cradle was the kingdom of the Franks between the Rhine and the Loire rivers, but the other lands of the Carolingian Empire southern France, Catalonia, Lombardy, Saxony and Bavaria were also feudalized, if less thoroughly. Later, French, especially Norman, conquerors took feudalism to Britain, southern Italy, the Latin Kingdom of Jerusalem, and the Latin Empire of Constantinople; the Slavic and Scandinavian states were somewhat affected through the German empire.

ORIGINS AND DEVELOPMENT.

There has been much controversy over the origins of feudalism. In the 19th century, French scholars sought the origins of vassalage in the ancient Roman institution of patrocinium (patronage), in which men gave service to a powerful patron in return for his protection. German scholars, on the other hand, claimed it arose from the similar comitatus (companionage) of the Germanic war chiefs, described by Tacitus. Gifts in return for political and military services could be found among the primitive Germans, while the Romans had precarious land tenures (that is, land was given conditionally for a term of years or lives). All of these elements doubtless entered into the development of the new feudal institutions, but nothing that can be properly described as feudal is known before the early 8th century. Then, rather suddenly in the 730's, records inform us of men called "vassals", to whom lords gave precarious tenures "in benefice" in return for political and military services.

Jumat, 17 September 2010

Pura Besakih:Di Antara Legenda Dan Sejarah Penguasa Bali

Judul buku : Pura Besakih: Pura, Agama dan Masyarakat Bali
Judul asli : Pura Besakih: Temple, Religion and Society in
Bali
Penulis : David J. Stuart Fox
Penerjemah : Ida Bagus Putra Yadnya
Tebal : xx + 550
Penerbit : Pustaka Larasan, Udayana University Press, dan
KITLV Jakarta, Mei 2010


Pura Besakih:Di Antara Legenda Dan Sejarah Penguasa Bali

             David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih: Pura, Agama dan Masyarakat Bali, mungkin merupakan satu dari sedikit orang yang mendapat kesempatan langsung menyaksikan dari dekat hampir seluruh rangkaian upacara Eka Dasa Rudra yang digelar di Pura Besakih tahun 1979 silam. Sebuah pengalaman yang sangat langka. ''Ekadasa Rudra adalah upacara terbesar yang dikenal dalam Hindu Bali. Upacara ini hanya dilakukan di Besakih. Secara visual upacara tersebut sangat memesona'', komentarnya. Buku ini memang tidak secara spesifik membicarakan rangkaian pelaksanaan upacara Eka Dasa Rudra tahun 1979, karena sudah diterbitkan tersendiri. Buku ini merupakan satu penelitian antropologi, sejarah dan sosiologi ‘paling komprehensif’ tentang Pura Besakih hingga abad XX (1987), yang diketahui sampai saat ini.

Atasi Masalah Kehidupan dengan Ilmu


Olih Iketut Wiana
Dana adhyaynam sabdam

tarka sotrddhamaiva ca.

trayo duhke vighnatanca.

Sidha yosta prakirtitah. (Wrhaspati Tattwa.33).

Kamis, 16 September 2010

RASA BERSALAH DAN PENYESALAN DALAM MEKANISME PENYADARAN


Ketika kita dihadapkan pada suatu rasa bersalah --bukan karena dipersalahkan atau ditunjukkan kesalahan kita oleh orang lain-- kemanapun kita lari atau dimanapun kita bersembunyi ia akan selalu membuntuti. Sungguh tidak mengenakkan, ia menghukum, ia merenggut ketentraman, ia merampas kedamaian hati. Pernahkah Anda merasa demikian? Semoga saja tidak.

Pemujaan Dalam Goa Terbesar di Bali


Keunikan Pura Goa Giri Putri
kiriman dari: Putra Semarapura
DI Bali, banyak terdapat goa yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Dalam salah satu goa di Nusa Penida, ada Pura Goa Giri Putri. Keunikan apa saja yang bisa disimak dari keberadaan pura Kahyangan Jagat yang terletak di Dusun Karangsari, Desa Pakraman Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung ini?

GOA LAWAH


Identifikasi dan Daya Tarik

Cicit kelelawar bagai tak henti-hentinya di Pura Goa Lawah ini sepanjang hari-sepanjang malam .Pura Goa Lawah berlokasi di Kecamatan Dawan, Klungkung dan berada dipinggir utara jalan arteri antara kota Semarapuira- ibukota Kab.Klungkung, kearah timur menuju kota Amlapura- ibukota Kab.Karangasem.Jarak Pura Goa Lawah dari Denpasar- ibukota Propinsi Bali sekitar 49 KM, atau 10 KM sebelah timur kota Semarapura.

Sejarah berdirinya Keraton Smarajaya Klungkung


Kemenangan terhadap I Gusti Agung Maruti telah membuat kharisma dan wibawa dinasti Kepakisan kembali pulih, maka untuk mengisi pemerintahan diangkatlah Sri Agung Jambe putra bungsu Dalem Di Made sebagai raja. Tetapi atas saran Ki Gusti Sidemen, pusat kerajaan tidak lagi di Gelgel, dan dipindahkan ke desa Klungkung dengan nama keraton smarajaya. Alasan perpindahan keraton ini diperkirakan karena keraton Sueca Pura Gelgel secara fisik sudah rusak akibat seringnya terjadi pemberontakan pada tahun 1651 Masehi, serta dianggap sudah tyidak memiliki wibawa lagi sebagai pusat pemerintahan. Kini semua pusaka-pusaka kebesaran dinasti Kepakisan yang dibawa dari Majapahit sudah dipegang oleh Sri Agung Jambe

KIDUNG DEWE YADNYA

  1. Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang

    1. Purwakaning angripta rumning wana ukir.
      Kahadang labuh. Kartika penedenging sari.
      Angayon tangguli ketur. Angringring jangga mure.

REMAJA DAN SEXS MENURUT HINDU

Sifat remaja adalah selalu ingin tahu. Ingin mencoba segala sesuatu . yang belum diketahuinya. Normal, sebagai bagian dari pertumbuhan fisik dan jiwanya. Dalam kelompok gaul seusianya, dari ingin tahu, lalu mencoba, meniru perilaku orang dewasa. Kelompok-kelompok ini seringkali terbentuk dalam ketidakpahaman tentang nilai-nilai dan norma-norma keagamaan. Pencarian indentitas dan jati diri yang sering tanpa arah, membentuk pribadi-pribadi yang goyah serta jiwa yang labil. Kondisi ini kemudian mendorong mereka menuju penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan aturan­aturan moral dimasyarakat. Antara lain terjadi penyimpangan perilaku seksual, seperti kumpul kebo, seks bebas, homoseks, pelecehan seksual dsb.

Sekilas perkawinan adat Bali

Umat Hindu mempunyai tujuan hidup yang disebut Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Hal ini tidak bisa diwujudkan sekaligus tetapi secara bertahap.
Tahapan untuk mewujudkan empat tujuan hidup itu disebut dengan Catur Asrama. Pada tahap Brahmacari asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mendapatkan Dharma. Grhasta Asrama memprioritaskan mewujudkan artha dan kama. Sedangkan pada Wanaprasta Asrama dan Sanyasa Asrama tujuan hidup diprioritaskan untuk mencapai moksa.
Perkawinan atau wiwaha adalah suatu upaya untuk mewujudkan tujuan hidup Grhasta Asrama. Tugas pokok dari Grhasta Asrama menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut "Yatha sakti Kayika Dharma" yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi seorang Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma dalam kehidupan ini. Kemandirian dan profesionalisme inilah yang harus benar-benar disiapkan oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan.

PERNAK PERNIK UPACARA PERNIKAHAN APAKAH HANYA AJANG PAMER?

Saya yakin, judul posting diatas disadari dan diyakini sepenuhnya oleh setiap orang terutama bagi mereka yang kerap mendapatkan undangan menghadiri Pernikahan rekan saat sekolah kuliah hingga kantoran.
Pernikahan sebetulnya adalah satu upacara dimana dua insan manusia diikat dengan norma adat dan agama dihadiri oleh sanak saudara maupun rekan-rekan yang dipercaya dengan kapasitas sebagai saksi Pernikahan tersebut.

Perkawinan yang Ideal Menurut Ajaran Agama Hindu

Dalam agama Hindu di Bali istilah perkawinan biasa disebut Pawiwahan. Pengertian Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata pawiwahan berasal dari kata dasar “ wiwaha”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata wiwaha berasal dari bahasa sansekerta yang berarti pesta pernikahan; perkawinan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:1130).
Pengertian pawiwahan secara semantik dapat dipandang dari sudut yang berbeda beda sesuai dengan pedoman yang digunakan. Pengertian pawiwahan tersebut antara lain: menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.

Rabu, 15 September 2010

REMAJA HINDU SAAT INI

Di zaman era globalisasi ini banyak terjadi perubahan khususnya dengan remaja di saat sekarang, banyak kenyataan dan fakta sekarang ini mengenai berubahnya kepedulian terhadap agama kita sendiri (HINDU) khususnya kaum remaja hindu terhadap budaya hindu sendiri. Hal ini terlihat yakni dengan sedikitnya remaja hindu yang memang betul mau ngayah atau sembahyang ke pura. Namun kalanya tidak dapat kita pungkiri memang banyak remaja yang datang ke tempat – tempat suci atau ke pura untuk sembahyang.

AGAMA vs SPIRITUALITAS


 
AGAMA vs SPIRITUALITAS

Bagi orang awam, bisa jadi antara pengertian agama dan spiritualitas terasa kabur. Para agamawan seringkali bicara soal spiritual, sementara kaum spiritualis juga seringkali berpijak dan mengacu pada ajaran agama tertentu. Fakta ini menambah kebingungan awam tentang, yang mana ajaran spiritual dan yang mana doktrin atau ajaran agama.
MERANGKUM KEHIDUPAN DESA KUNO
BULELENG memiliki banyak desa tua yang berderet di dataran tinggi Kecamatan Banjar dan Tejakula. Di Banjar terdapat Desa Sidatapa, Pedawa, Cempaga, Tigawasa dan Banyusri. Di Tejakula masih berdiri dengan unik Desa Sembiran, Julah dan desa lain yang masih berkaitan erat dengan desa-desa tua di Kabupaten Bangli.

tatwam asi

Tat Twam Asi antara Perdamaian dan Konflik

KEBERAGAMAN itu indah. Bagaikan warna-warni bunga yang ada di taman. Hanya, bagaimana kita menjadikan keberagaman itu harmonis perlu mendapat perhatian semua pihak. Tat Twam Asi bisa dijadikan acuan menciptakan perdamaian. Namun, bila tidak dijalankan secara benar, malah bisa memicu konflik. Bagaimana ini bisa terjadi?
kita ambil contoh kecil saja, antara kita semua ada yang melakukan vegetarian dan ada yang tidak. Vegetarian dilakukan karena banyak faktor, seperti karena alergi, karena keturunan, karena mengikuti suatu aliran kepercayaan. Sebenarnya kalau kita lihat acuan agama hindu dalam mencapai suatu perdamaian yaitu Tat Twam Asi, yaitu kamu adalah aku dan aku dalah kamu, jika aku menyakiti kamu maka kamu pasti menyakiti aku juga......

AKU CINTA KAMU

AKU CINTA KAMU

A : Aku tak bisa membohongi hati kecilku ini untuk berkata,
K : Kalau aku memendam suatu perasaan pada dirimu
U : Untuk pertama kalinya aku berani mengungkapkan kata ini pada mu

puisi


SEPI

Disela kesibukan yang ku alami di sebuah organisasi,
Suatu saat pada hari tertentu ketika aku sibuk semua teman pada ada yang pulang    , Ada Yang asik dengan kegiatan pribadinya,
Di hari itu dan di suatu malam yang sunyi,

skripsi titiang


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Siswa sebagai individu yang mempunyai perasaan, fikiran,dan potensi dasar lainnnya. Sudah sewajarnya siswa SMK dapat menilai diri, memahami serta mengarahkan diri. Jika siswa sudah bisa mengambil sikap demikian maka, hal ini akan memudahkan dirinya untuk bertindak dan berprilaku serta menilai orang lain. Tetapi tidak demikian halnya bagi siswa yangkurang paham terhadap bagaimana cara atau jalan agar dapat menilai serta memahami dirinya maupun orang lain. Bukan tidak mungkin hal ini menyebabkan tumbuhnya pribadi-pribadi yang kurang sehat, dan ini merupakan salah satu pangkal timbulnya masalah bagi siswa.